5.881 Siswa Putus Sekolah

5.881 Siswa Putus Sekolah

\"grfs-sekolah\"SUMBER- Ribuan anak putus sekolah di Kabupaten Cirebon. Dari hasil pendataan bidang pendidikan dasar, jumlah anak putus sekolah mencapai 5.881 anak. Kepala Bidang Diksar Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Hermana mengatakan ribuan pelajar putus sekolah itu dikarenakan berbagai faktor. Disebutkannya, siswa SD yang tidak melanjutkan ke SMP ada 465 orang sedangkan siswa SMP yang tidak melanjutkan ke SMA/SMK sebanyak 5.416 orang. \"Tahun 2015, ada 5.881 anak yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi,\" katanya pada Radar, Selasa. Menurutnya, setiap tahun selalu saja ada siswa yang berhenti bersekolah di sejumlah SD, SMP dan SMA. Kalaupun mereka bisa menamatkan pendidikan di SD, banyak dari mereka yang tak mau melanjutkan pendidikan ke SMP. Begitu juga anak yang tamat SMP banyak yang tak melanjutkan ke SMA. \"Selain faktor ekonomi. Juga ada beberapa faktor lain sehingga mereka terpaksa tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,\" tuturnya. Diuraikannya, siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal siswa dipengarungi atas minat dan semangat anak untuk belajar berkurang. Sementara faktor eksternal ialah faktor keluargas si anak itu sendiri yaitu kurangnya pemahaman orang akan pendidikan, faktor ekonomi keluarga dan lain-lain. \"Mungkin anaknya ingin melanjutkan dan orang tuanya sadar akan pentingnya pendidikan, tapi faktor biaya untuk kepentingan anak sekolah tidak mampu. Seperti biaya jajan, transport apabila harus naik kendaraan umum, pakaian, sepatu, alat tulis dan lain-lain. Sekalipun anak itu masuk Program Indonesia Pintar (PIP), tapi kebutuhan hidup tidak ada hentinya, faktor inilah yang mungkin menjadi hambatan,\" jelasnya. Sementara Kepala Seksi Kesataraan Pendidikan Masyarakat, Kursus dan Pelatihan Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Sukara SSos menuturkan program pendidikan kesataraan A, B dan C kuotanya terbatas. Untuk iitu pihaknya tidak dapat menampung seluruh anak yang putus sekolah. Kalaupun ada masyarakat yang benar-benar ingin melanjutkannya maka alternatifnya dengan menggunakan dana sendiri. \"Sesuai anggaran yang ada. Untuk tahun ini, ada kuota 6 kelompok di masing-masing paket. Satu kelompok berisi antara 25-30 orang. Kamipun sangat menyayangkan hal ini, karena keterbatasan anggaran. Mungkin alternatifnya ialah swadaya sendiri,\" jelasnya.(via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: